Rabu, 10 Oktober 2012

Kebudayaan, Peradaban, dan Sistem Nilai Budaya


A.      KEBUDAYAAN
Kebudayaan berasal dari kata “budaya”. Budaya diserap dari bahasa Sanskerta “buddhayah” yaitu bentuk jamak dari “buddhi “ yang berarti budi atau akal.
Menurut pandangan Koentjaraningrat, kebudayaan itu memiliki 3 (tiga) wujud, yaitu :
1.       Keseluruhan ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya yang berfungsi mengatur, mengendalikan dan memberi arah pada perbuatan manusia dalam masyarakat, yang disebut “adat tata kelakuan”.
2.       Keseluruhan aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, yang disebut “sistem sosial”. Sistem sosial terdiri dari rangkaian aktivitas manusia dalam masyarakat yang selalu mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan, misalnya gotong royong dan kerja sama.
3.       Benda-benda hasil karya manusia yang disebut “kebudayaan fisik”, misalnya pabrik baja, candi Borobudur, pesawat udara, computer dan kain batik.  
  
Menurut Munandar Sulaiman (1992), kebudayaan dalam kaitannya dengan Ilmu Budaya Dasar adalah penciptaan, penertiban, dan pengolahan nilai-nilai insan, tercakup didalamnya usaha memanusiakan diri di dalam alam lingkungan, baik fisik maupun sosial.
Apabila dihubungkan dengan wujud kebudayaan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat, nilai-nilai insan (nilai etika) memiliki wujud terdapat pada poin a dan b, sedangkan nilai estetika terdapat pada poin c. Selain itu, disebut nilai-nilai etika karena menyangkut kelakuan dan perbuatan yang tidak sesuai dengan atau merendahkan martabat manusia, yang timbul adalah “masalah kemanusiaan”. Disebut nilai estetika karena menyangkut hasil karya manusia yang berguna dan menyenangkan serta mensejahterakan manusia. Apabila hasil karya manusia tidak berguna bahkan membunuh atau menghancurkan manusia, yang timbul adalah masalah budaya.

B.      PERADABAN
1.       Konsep Peradaban
Pada dasarnya semua manusia sebagai makhluk budaya, di muka bumi ini memiliki kesamaan dalam hal akal, nurani dan kehendak di dalam dirinya. Hal yang membedakannya adalah perwujudan budaya karena lingkungan yang berbeda menurut keadaan, waktu dan tempat.
Perwujudan dari budaya dilaksanakan dengan menekankan akal (ratio) semata-mata, dengan mengabaikan nurani yang berlainan dengan perwujudan budaya yang didasarkan pada akal, nurani, dan kehendak sebagai kesatuan yang utuh. Akibatnya timbullah pernyataan tentang “peradaban” (civilization) dan kebudayaan (culture).
Menurut pandangan Prof. Sutan Takdir Alisyahbana (1981), apabila perwujudan budaya penekanannya pada akal, maka akan timbul peradaban yang berbeda. Selain itu, akan timbul pernyataan bahwa ada peradaban tinggi dan ada peradaban rendah karena diukur dengan tingkat berpikir manusia. Sehingga, manusia yang mampu berpikir tinggi, dapat dikatakan mempunyai peradaban yang tinggi, tetapi bukan berkebudayaan tinggi. Contohnya ; orang Barat memiliki peradaban tinggi, karena kemampuan berpikirnya yang tinggi sedangkan kebudayaannya tidak tinggi.
Selanjutnya menurut beliau, apabila perwujudan budaya penekanannya pada ketiga unsure (akal, nurani dan kehendak) sebagai satu kesatuan yang utuh, akan timbul tingkat kebudayaan yang berbeda, sehingga timbul pula pernyataan bahwa ada kebudayaan yang tinggi dan ada kebudayaan rendah karena diukur dengan manfaatnya bagi manusia.  





2.       Perbedaan Kebudayaan dan Peradaban
Menurut Koentjaraningrat, peradaban menekankan kepada 2 unsur, antara lain :
·         Unsure akal (tingkat berpikir), unsure ini lebih banyak diterapkan pada dunia Barat. Sehingga dikalangan orang barat, kemajuan dalam bidang IPTEK lebih dahulu dibandingkan dengan nurani.
·         Unsure nurani (perasaan/estetis), di dunia Timur unsure ini lebih banyak diterapkan karena lebih mengutamakan hati nurani (perasaan) dibanding dengan akal (ratio).

Sedangkan menurut Rohiman Notowidagdo (1996), dengan adanya perbedaan peradaban tersebut, sehingga seringkali terjadi disharmoni antara pikiran Barat dan Timur. Hal ini disebabkan karena pikiran Barat tentang Timur yang penuh dengan bayangan negative stereotip dan prasangka, akibatnya alam pikir Barat dan Timur tidak akan pernah bertemu. Sebaliknya menurut Timur, Barat digambarkan sebagai materialisme, kapitalisme, rasionalisme, dinamisme, saintisme, positivisme, dan sekularisme. Dan masih banyak lagi perbedaan yang timbul dari implementasi peradaban ini menurut beliau. Perbedaan – perbedaan tersebut menimbulkan pandangan hidup yang berbeda antara Barat dan Timur, dan sulit untuk menemukan jalan keluarnya karena memang didasari oleh peradaban yang berbeda pula.

3.       Nilai manfaat
Apabila kebudayaan dipandang dari sisi manfaatnya bagi umat manusia (national utility), jelaslah tidak akan sama manfaat antara kebudayaan bangsa yang satu dengan kebudayaan bangsa yang lain. Manusia adalah makhluk yang sama antara satu dengan yang lain, tetapi dari sisi penerapan kebudayaannya adalah berbeda. 
Dari segi penerapan kebudayaan yang berbeda antara satu dengan yang lain tersebut, akan melahirkan suatu penilaian/pertimbangan. Menilai artinya memberikan pertimbangan untuk menentukan sesuatu yang berguna ataupun tidak, baik ataupun buruk, benar ataupun salah. Hasil dari penilaian disebut nilai (value).

C.      SISTEM NILAI BUDAYA
1.       Konsep Nilai dan Sistem Budaya
Menurut “Munandar Soelaiman” nilai adalah :
a)      Segala sesuatu yang menarik bagi manusia sebagai subjek (Perry, 1954)
b)      Segala sesuatu tentang yang baik dan buruk (Pepper, 1958)
c)       Perasaan tentang apa yang diinginkan ataupun yang tidak diinginkan, atatu tentang apa yang boleh atau tidak boleh (Alvin R. Bertrand, 1987).
Konsepsi-konsepsi tentang nilai yang hidup dalam pikiran sebagian besar warga masyarakat membentuk suatu system nilai budaya. System nilai budaya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi sifat manusia dalam tingkatan yang paling abstrak. System tata kelakuan lain yang tingkatnya lebih konkret, seperti peraturan, hukum, dan norma-norma semuanya berpedoman pada system nilai budaya tersebut.
2.       Pengembangan System Nilai Budaya
Menurut Kluckhohn dalam Koentjaraningrat, 1982, ada lima masalah pokok dalam kehidupan manusia, antara lain :
a)      Hidup Manusia (MH),
b)      Karya Manusia (MK),
c)       Kedudukan manusia dalam ruang waktu (MW),
d)      Hubungan manusia dengan alam (MA),
e)      Hubungan manusia dengan sesama (MM).
System nilai budaya yang berorientasi pada 5 (lima) masalah pokok ini dapat dikembangkan dan dijabarkan menjadi beberapa kelompok bahasan dalam Ilmu Sosial Budaya Dasar, seperti manusia dan kebutuhan, kebudayaan dan peradaban, system nilai budaya, perubahan system nilai budaya, keluarga sehat dan sejahtera, kelompok social budaya, manusia dan pandangan hidup, manusia dan tanggung jawab, dan lain-lain.

Sumber : http://ramdanbuhang.blogspot.com/2011/04/lingkup-kajian-dan-tujuan-ilmu-sosial.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar